Sedemikian
jauh, di Tatar Sunda belum ditemukan fosil manusia yang berasal dari lapisan
Pleistosen Bawah, maupun dari lapisan Pleistosen Tengah. Akan tetapi, dengan
ditemukannya fosil manusia Pithecanthropus Mojokertemis dan Meganthropus
Palaeojavanicus dari lapisan tanah PleistosenvbTengah di Jetis dekat Sangiran
(Mojokerto), kemudian ditemukan pula fosil manusia dari lapisan Pleistosen
Tengah di Trinil tepi Bengawan Solo dari jenis Pithecanthropus Erectus
kemungkinan yang sama, bisa saja terjadi di Tatar Sunda.
Sebelum
kemungkinan itu terbukti, berdasarkan Naskah Pangeran Wangsakerta dalam Pustaka
Rajyarajya i Bhumi Nusantara Parwa I Sarga 1, dikemukakan kisah tentang
Purwayuga (Zaman Purba), antara lain sebagai berikut:
…
witan sarga kala niking bhumitala, bhumitala pinakagni dumilah mwang
usna, prayuta warsa tumuli kukm peteng rat bhumandala canaih canaih
dumanarawata sirna, bhumi mahatis yadyastun mangkana, tatan hang jang gama,
ateher bhumandala nikang dadi prawata lawan sagara, prayuta warsa tumuli dadi
to sthawarahalit ateher dadi to janggama prakara satwa, ateher satwekang
hanengsagara, makadi mina mwang sarwa mina, ri huwus ika prayuta warsa tumuli
sthawarekang nanawidha mwang ring samangkana dadi to jang gama satwa
raksasanung nanawidha prakaranya, atehersanuwa jang gama satwa binturun mwang
sadwa lenya waneh, kadi waraha, turangga mwang lenya manih, ateher prayuta
wana tumuluy dadi to janggama prakara manusadhama lawan tatan pcmna, liana Pwa
Purwwajanma purusa satwa, atelier lawasira mewu iwu warsa manih, akre ti
saparwa satwa sapxarwa manusa, lawas ri huwus ika dadi to purusakara, ateher
manusadhama mwang wekasan dadi ta purusa pumna. a. (Wangsakerta,1677: 2422)
Terjemahan:
Pada
awal masa penciptaan permulaan bumi (bhumitala), permukaan bumi menyerupai api
yang bercahaya dan menyala. Berjuta juta tahun kemudian asap gelap di seluruh
muka bumi secara berangsur angsur dan terus menerus seluruhnya menghilang. Bumi
menjadi dingin. Namun demikian, belum ada mahluk hidup. Kemudian, permukaan
bumi ini menjadi gunung-gunung dan lautan.
Beberapa
juta tahun kemudian muncullah tumbuh tumbuhan kecil, lalu muncul mahluk hidup
berupa hewan; kemudian hewan yang hidup di lautan seperti ikan dan sejenisnya.
Beberapa juta tahun kemudian, muncul berjenis jenis tumbuhan dan hewan raksasa
yang beraneka ragam jenisnya; kemudian bermacam macam mahluk hewan unggas serta
hewan lainnya seperti babi hutan dan kuda.
Berjuta
juta tahun kemudian, muncullah mahluk hidup berwujud manusia tingkatan rendah
dan belum sempurna. Mereka adalah manusia purba, manusia hewan, yang seterusnya
setelah beribu ribu tahun kemudian berwujud separuh hewan separuh jenis manusia
sempurna.
Kira
kira 1.000.000 tahun sampai 600.000 tahun yang silam di Nusantara, terutama di
Pulau Jawa, hidup manusia yang masih rendah pekertinya dan bersifat seperti
hewan. Ada juga yang menyebutnya manusia hewan (satwa purusa) dari zaman purba,
karena mereka berlaku seperti setengah hewan. Di antaranya ada yang menyerupai
kera, besar dan tinggi sosok tubuhnya, tanpa busana. Ada pula yang seperti
raksasa, tubuhnya berbulu dan kejam perangamya.
Ada
jenis lain lagi di daerah hutan dan pegunungan yang lain. Mereka mirip kera.
Ada yang tinggal di atas pohon, di lereng gunung dan tepi sungai. Mereka
berkelahi dan membunuh tanpa menggunakan senjata, hanya menggunakan tangan.
Mereka tidak berpakaian dan tidak memiliki budi pekerti seperti manusia
sekarang. Kesenangannya ialah berayun ayun pada cabang pohon. Manusia hewan ini
terdapat di hutan pulau Jawa, hutan Sumatera, hutan Makasar, dan hutan
Kalimantan (Bakulapura).
Di
daerah lain di Pulau Jawa, antara 750.000 sampai 300.000 tahun yang silam,
hidup manusia hewan yang berjalan tegak seperti manusia. Kulitnya berwarna
gelap, tingkah lakunya baik dan lebih cerdas dibandingkan dengan manusia hewan
yang berjalan seperti hewan. Tiap hari mereka membuat senjata dari bahan tulang
dan batu. Mereka selalu diserang oleh sekelompok manusia hewan yang menyerupai
kera. Pertempuran di antara kedua kelompok itu selalu seru. Akan tetapi,
manusia hewan yang berjalan tegak seperti manusia itu lebih mahir dalam teknik
berkelahi, sehingga akhirnya mahluk manusia hewan yang berjalan seperti hewan
itu habis terbunuh tanpa sisa dan lenyap dari muka burni. Manusia hewan yang
berjalan seperti manusia itu, disebut juga manusia raksasa (bhutapurusa).
Mereka tinggal di dalam goa di lereng gunung.
Manusia
jenis ini akhirnya punah karena sejak 600.000 tahun yang silam mereka banyak
dibunuh oleh manusia pendatang dari benua utara. Mereka berasal dari Yawana
lalu menyebar ke Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Pulau Jawa. Kira kira
250.000 tahun yang silam, manusia hewan yang berjalan tegak seperti manusia itu
habis binasa. Zaman ini oleh para mahakawi dinamai masa purba yang pertama
(prathama purwwayuga).
Sementara
itu, antara 500.000 sampai 300.000 tahun yang silam, di Sumatera, Jawa Kulwan
(Barat) dan Jawa Tengah, hidup manusia yaksa (yaksapurusa) karena rupa mereka
seperti yaksa atau danawa. Mereka bertubuh tegap dan tinggi serta senang
meminum darah manusia sesamanya, musuh, ataupun binatang. Perangainya kejam dan
bertabiat seperti binatang buas. Mahluk jenis ini pun akhirnya punah karena
banyak terbunuh dalam pertempuran dengan kaum pendatang baru dari benua utara.
Seterusnya,
antara 300.000 sampai 50.000 tahun yang silam, di Jawa Barat dan Jawa Tengah
pernah hidup manusia berwujud setengah yaksa (manusia yaksa mantare). Kelompok
manusia ini belum diketahui asal-usulnya sebab hampir sama rupanya dengan
manusia yaksa yang punah. Akan tetapi bertubuh lebih kecil, berwarna kuit agak
gelap, tidak banyak berbulu, serta susila dan cerdas jika dibandingkan dengan
manusia yaksa yang telah punah. Kelompok inipun akhirnya punah karena didesak,
diburu, dan akhirnya dibinasakan oleh kaum pendatang dari benua utara. Periode
ini oleh para mahakawi (pujangga besar) disebut masa purba yang kedua (dwitiya
purwwayuga).
Selanjutnya,
pernah pula hidup manusia kerdil (wamanapurusa) atau danawa kecil. Mereka itu
berwujud yaksa kecil sehingga oleh para mahakawi dinamakan manusia kerdil.
Mereka hidup antara 50.000 sampai 25.000 tahun yang silam. Mereka tidak cerdas.
Senjata dan perabotannya terbuat dari batu, tetapi buatannya tidak bagus,
mahluk jenis inipun akhimya punah. Zaman ini oleh para mahakawi disebuf masa
purba pertengahan (madya ning purwwayuga) atau masa purba ketiga (tritiya
purwwayuga).
Ke
dalam zaman tersebut, termasuk pula masa hidup jenis manusia kerdil yang
bertubuh besar (wamana purusagheng) atau manusia Jawa purba. Mereka menetap di
Jawa Tengah dan Jawa Timur antara 40.000 sampai 20.000 tahun yang silam.
jumlahnya tidak banyak. Mereka ini pun akhirnya punah karena bencana alam, saling
bunuh di antara sesamanya, dan akhirnya seperti juga nasib penghuni Pulau Jawa
yang lain, dihabisi oleh kaum pendatang dari benua utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar