"Ratusan
panah-panah api (missile) berterbangan dilangit, tak kalahnya
panah-panah api berekor panjang (laser) juga terlihat membelah
cakrawala, bola-bola api raksasa (nuclear blast) menyilaukan dan
membutakan mata, semua itu diakhiri suara menggelegar yang memekakkan telinga,
ribuan nyawa manusia dan hewan melayang tak terkira dan menyisakan kehancuran
yang dahsyat di berbagai tempat dimuka Bumi tercinta". (Epos
Mahabarata).
Ditemukan sejumlah bukti yang menunjukkan di India diduga pernah
terjadi 2 perang besar yang menggunakan senjata pemusnah massal. Penelitian
dilakukan oleh oleh Michael Cremo tahun 2003, arkeolog senior dari AS. Selama 8
tahun, penganut agama Hindu ini meneliti narasumber dari kitab suci Weda dan
Jain, yang ditulis pendeta Walmiki, ribuan tahun lalu.
Cremo tertarik menginvestigasi dan mendalami 2 kitab suci tsb. Ia
menemukan nama2 yang tertera di kitab tsb ada di India. Ditemani tim dan
rekannya, Dr.Rao C.S, arkeolog terkemuka India, ia meneliti dengan perangkat
canggih “penjejak waktu” ( thermoluminenscence dating method ) untuk setiap
obyek. Dengan karbon radio isotop, keakuratan umur objek mampu dijejak hingga
miliaran tahun ke belakang. Kitab Weda ternyata bisa menjadi nara sumber
akurat, mengungkap kisah2 sebenarnya beribu tahun lalu. Tak semata kitab suci.
Mereka mencoba mengupas isi kisah Mahabarata, dari awal kejadian hingga perang Bharatayudha, ditandai berakhirnya perjalanan keluarga Bharata. Mereka yang berperang, berasal dari keturunan Pandu dan Destrarata, 2 bersaudara. Dr.Rao meneliti bukti2 sejarah di lautan, di teluk Gujarat, untuk mengungkap bukti keberadaan Kerajaan Dwaraka. Istana Sri Krisna, otak penggalang strategis dari pihak Pandawa. Konon, kerajaan ini musnah ditelan gelombang laut tahun 1443 SM, setelah perang Bharatayudha tahun 1478 SM.
Michael Cremo mengadakan penelitian di daratan, diantaranya ;
Indraprasta, Hastinapura, dan padang Khurusethra, bekas perang itu terjadi.
Seperti diketahui, Indraprasta merupakan tempat bermukim keluarga Pandawa di
awal perjuangan merebut Hastina. Khurusethra adalah bekas pertempuran dahsyat
keluarga Bharata. Para ahli menemukan banyak bukti yang mengejutkan. Tanah
tegalan luas itu ternyata tak ditumbuhi tanaman apa pun, karena tercemar radio
aktif. Pada puing2 bangunan atau sisa2 tengkorak manusia yang ditemukan di
Mohenjo Daro tercemar residu radio aktif yang cukup pekat.
Mayat bergelimpangan di Kota Kuno Mohenjo-Daro mengandungi radioaktif |
Menurut Dr.Indrajit, ahli termonuklir, hal ini terjadi diduga
akibat radiasi ledakan termonuklir skala besar dalam peperangan tersebut.
Untuk memperluas dan memperdalam penelitian ini, Unicef dan NASA membantu pemotretan dengan citra lansat satelit. Dari hasil riset penelitian dan pemotretan yang dilakukan ditepian sungai Gangga di India, para arkeolog menemukan banyak sekali sisa-sisa puing-puing yang telah menjadi batu hangus di atas hulu sungai. Batu yang besar-besar pada reruntuhan ini dilekatkan jadi satu, permukaannya menonjol dan cekung tidak merata. Jika ingin melebur bebatuan tersebut, dibutuhkan suhu paling rendah 1.800 °C. Bara api yang biasa tidak mampu mencapai suhu seperti ini, hanya pada ledakan nuklir baru bisa mencapai suhu yang demikian.
Di
dalam hutan primitif di pedalaman India, orang-orang juga menemukan lebih
banyak reruntuhan batu hangus. Tembok kota yang runtuh dikristalisasi, licin
seperti kaca, lapisan luar perabot rumah tangga yang terbuat dari batuan
didalam bangunan juga telah dikacalisasi. Selain di India, Babilon kuno, gurun
sahara, dan guru Gobi di Mongolia juga telah ditemukan reruntuhan perang nuklir
prasejarah. Batu kaca pada reruntuhan semuanya sama persis dengan batu kaca
pada kawasan percobaan nuklir saat ini.
Di bawah Teluk Gujarat, India, ada reruntuhan Kerajaan Dwaraka, istana Prabu Krisna |
Penelitian yang dilakukan Dr.Rao di bawah lautan didasarkan
petunjuk Weda, bahwa Kerajaan Dwaraka ditelan laut beberapa saat setelah
Bharatayudha usai. Dwaraka, kediaman Sri Krisna, raja yang pegang kendali
strategis di perang saudara ini. Dalam kitab suci Hindu, ia merupakan jelmaan
Dewa Wisnu, pemelihara perdamaian. Keberadaan Dwaraka dilakukan selama 8 tahun,
dan baru jelas setelah dibantu citra satelit NASA. Dari sana ditemukan jejak
kerajaan tsb di bawah Teluk Gujarat. Setelah ada petunjuk pasti, akhirnya
Dwaraka berhasil ditemukan dalam keadaan hancur digulung gelombang Laut Arab
yang cukup dahsyat. Dari hasil investigasi, banyak temuan berharga indikator
kehidupan makhluk 15.000 tahun lalu.
Selain tembikar, ada bongkahan batu besar yang diduga benteng dan
dinding istana. Batuan dipenuhi ornamen indah, lonceng kuil dari tembaga,
jangkar kapal, pot bunga dari keramik, serta uang emas dan tembaga. Penemuan
logam ini memperlihatkan kepada kita, peradaban 30.000 – 15.000 tahun lalu
sudah tinggi. Tak heran temuan ini mengindikasikan penggunaan senjata pemusnah
massal di perang itu.
Dari penemuan2 itu, Dr. Michael Creko membukukan laporan dalam 3
buku yang dicetak tahun 2006. Beberapa diantaranya ; Forbidden Archaelogis,
The Hidden History of Human Race, dan Human Devolution, yang
isinya menentang teori Darwin, tentang evolusi manusia. Dr. Rao dari hasil
karyanya memperoleh penghargaan “The World Ship Trust Award” dari PBB atas
penemuan siklus kehidupan manusia yang memutus teori Darwin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar